Family 3

Family 3
Just The Four of Us

Monday, December 10, 2012

In Memoriam .... Gabriella Renata Witono

 

In Memoriam … Our Gaby

Rabu 10 Desember 2008

Sudah genap 19 hari semenjak putri tercinta kami dipanggil Tuhan. Saat ini aku sudah lebih tenang dan merasa lebih siap dengan ujian ini. Namun, memang rasanya semua kejadian tanggal 22 Nov yang lalu tidak semudah itu untuk dilupakan dan rasanya memang tidak akan pernah bisa dilupakan. Sebenarnya untuk menulis blog ini pun aku mengumpulkan seluruh keberanian ku karena pasti tulisan ini akan membawa seluruh kenangan duka itu kembali lagi… Namun, ini memang harus kutuliskan karena aku pun tidak ingin melupakan kenangan itu.. seberapapun menyakitkan untuk diingat tetapi seiring berjalannya waktu, aku tidak ingin kenangan singkat my little angel Gabriella Renata Witono pudar.

Gaby memang sangat dikasihi Tuhan sehingga Tuhan pun memanggilnya tepat saat pada hari kelahirannya. Hari kelahiran yang sangat kami tunggu. Tidak ada firasat apa-apa bahwa hal seperti ini dapat menimpa rumah tangga kami yang baru setahun kami bina. Semua sudah kami persiapkan dengan sangat matang.. Nama putri kami sudah kami persiapkan, kami cari dari buku dan dari internet, bahkan nama Gaby kudapat lewat mimpi. Gabriella Renata, malaikat Tuhan yang dilahirkan kembali. Persiapan lain tidak kalah matang, tujuh bulanan diadakan di Solo dan Depok tempat orangtua kami, boks bayi, stroller, pompa asi, baju-baju dan bahkan baju baptis sudah kami persiapkan. Tiket pp untuk orangtua kami sudah dibeli, bahkan kami pun sudah mendapat pembantu untuk membantu pekerjaan rumah. Babysitter untuk Gaby pun akan kami cari. Siapa yang akan menyangka bahwa Gaby tidak jadi bersama kami.. Putri kecil yang sudah kami persiapkan dan rindukan selama 9 bulan.. diambil begitu cepat, bahkan menggendongnya pun tidak, aku hanya sempat melihat rupanya sekilas.. cantik.. kata mama bibirnya mirip aku, hidungnya agak mancung.. mungkin nurun ayahnya. Terus terang aku pun gak yakin wajahnya seperti apa.. sampai hari ini pun aku belum berani untuk melihat foto-foto saat misa arwah dan pemakamannya. Foto-foto itu semua masih disimpan ayah Gaby dan hanya akan diperlihatkan padaku ketika aku siap.. Entah kapan..

Kehamilanku pun berjalan dengan sangat lancar, mual dan muntah hanya di bulan 2 dan 3 saja setelah itu nafsu makan kembali seperti biasa. Aku naik 13 kg saja saat hamil. Sedikit masalah kualami saat Balikpapan hujan terus sehingga aku cepat kedinginan dan akibatnya timbul biduran/ gatal-gatal. Karena hamil aku tidak minum obat apa apa melainkan hanya memakai lotion caladine untuk mengusir gatal. Kemudian sakit maag menyerang dengan hebat di bulan ke 7, namun dengan mylanta semua menjadi baik. Bengkak di kaki dan tangan kualami sejak bulan ke 6/7. Yah semua itu kuanggap hanya gangguan-gangguan kecil saja, semua bisa diatasi dan tidak terlalu gawat sehingga kesimpulannya memang kehamilanku sangat sehat, hanya memang putri kami sedikit gemuk, saat lahir beratnya 3.5 kg dengan panjang 48 cm.. chubby.. Jadi siapa yang bakal menyangka bahwa Gaby dipanggil Tuhan di hari itu.

Memang rencana Tuhan terkadang begitu menyakitkan diawalnya, aku tidak tahu apa rancanganNya bagi keluarga kami.. namun memang saat ini rasanya masih menyakitkan dan terkadang tidak adil. Saat ini sih aku sudah menerima semuanya.. tetapi masih kuingat dengan jelas tanggal 22 Nov yang lalu, dalam tangisan dan jeritan ku ketika aku mengetahui kenyataan meninggalnya putri kami, aku hanya bisa berteriak pada Tuhan, “kenapa??”, “kenapa ini harus terjadi, dan kenapa ini terjadi pada kami??” Apa dosa kami sehingga harus menerima ujian ini?, Apa salahku??. Pikiranku kalut dan terus berputar mencoba mencari penjelasan baik yang logis maupun tidak mengapa semua ini terjadi. Saat itu rasanya semua penghiburan dan penguatan dari teman-teman dan mama rasanya tidak berarti, aku tetap tidak bisa menerima semua kenyataan ini. Tidak bisa !! …

Kejadian hari Sabtu 22 Nov terjadi begitu cepat, kalau kuingat sekarang semua bagai sebuah mimpi buruk yang masih sangat kuat dalam ingatanku. Kadang kalau aku ingat kembali, semua seperti potongan film yang sangat menyedihkan. Hari Juamat malam aku kontrol ke dokter dan semua terasa baik-baik saja, dokter memprediksi bahwa kelahiran putri kami akan terjadi dalam 1 atau 2 hari ini karena perutku sudah kencang sekali, bahkan malam itu dokter mengecek pembukaanku, takut-takut aku tidak menyadari apabila sebenarnya aku sudah akan melahirkan. Ternyata memang belum. Dokter bertanya apakah anak ku masih menendang dan aku menjawab ya. Hal yang sedikit kusesali sampai hari ini adalah apakah memang tendangannya sudah melemah sejak jumat namun aku tidak menyadarinya?? Sampai sekarang pun aku tidak bisa mengingat faktanya. Apakah memang tendangannya melemah. AKu memang tidak terlalu fokus pada tendangan pada Jumat itu karena Ayah Gaby demam sangat tinggi (40 C), bahkan dengan pemberian parasetamol tidak membuat demamnya turun. hari itu memang aku lebih fokus pada kesehatan Ayah Gaby. Hal yang kami ketahui belakangan bahwa Ayah ternyata menderita Demam Berdarah yang cukup parah. Ternyata dokter benar mengenai prediksi melahirkanku, malam harinya/ dini hari aku mulai merasa mulas jam 2 dini hari dan kami memesan taksi untuk ke RS, malam itu ayah Gaby sedang demam tinggi, jadi memang saat kelahirannya aku tidak ditemani ayah Gaby. Aku bersyukur ada mama yang menemani saat-saat itu. Sampai di RS sudah jam 3.30 dini hari dan kontraksiku masih 10 menit sekali, kontraksiku tidak terlalu sakit saat itu. Bidan mengecek denyut jantung Gaby dengan doppler dan aku sendiri tidak mendengar apa-apa, namun mungkin aku tidak fokus karena masih kaget dengan menguatnya kontraksi-kontraksi ku. Namun bidan mengatakan denyutnya ada.. Disitulah semua bermulai..

Mulai pagi sekitar jam 6 kontraksi ku menjadi sangat hebat dan sakit tak tertahankan. Aku muntah setiap kali kontraksi sehingga akhirnya harus diinfus dan diberi oksigen karena kondisiku sangat lemah. Rosario yang tadinya masih kudaraskan akhirnya tidak dapat kulakukan lagi. Sakitnya begitu hebat dan saat ketuban pecah semakin menjadi jadi. Aku tidak tau apa memang kondisi ku yang lemah dan aku memang tidak tahan terhadap nyeri itu. Saat itu pun denyut jantung Gaby mulai sulit dicari dan aku mulai memiliki firasat ada sesuatu yang tidak beres. Hal tersebut membuatku tambah panik dan nyerinya semakin menjadi jadi. Namun bidan menenangkan bahwa mungkin memang karena bayinya sudah turun dan letak jantungnya tersembunyi sehingga sulit dicari denyutnya. Saat itu aku spontan meminta untuk di caesar saja karena sudah tidak tahan lagi. Aku bersyukur karena mama menemani dan menenangkanku selama masa itu, mama memijat punggungku dan menyediakan tangannya untuk kuremas sekeras kerasnya saat kontraksi yang saat itu tidak berhenti berhenti (tiap 2 menit sekali). Aku pun sudah mulai berteriak teriak karena sakitnya.. semua latihan saat senam hamil seperti tak berguna saja. Permintaan caesarku tidak dikabulkan begitu saja karena menurut bidan aku masih bisa untuk melahirkan normal. jam 6 di cek, aku pembukaan 3.

Akhirnya sekitar jam 8 dokter datang dan mengecek pembukaanku yang ternyata sudah bukaan 8. Dokter mengecek denyut Gaby dengan doppler tapi tidak ada.. saat itu aku makin kalut, ada yang tidak beres. Dokter akhirnya meminta suster mengambil USG, dan saat diUSG dokter mengecek semuanya. Mungkin karena sudah sering di USG aku langsung tahu bahwa USGnya tidak normal. Tidak ada denyut jantungnya. Aku tahu !!!. Dokter tidak mengatakannya padaku tapi Aku Tahu.. Air mukanya berubah dan ia keluar dari kamar persiapan untuk berbicara pada mamaku.. Aku tahu..

Kemuadian aku dibawa ke ruang persalinan, dokter mengatakan dalam 1atau 2 jam aku akan melahirkan, aku bisa melahirkan normal, pembukaan hampir penuh dan aku sudah boleh mengejan, dokter tidak mengabulkan caesarku. Dokter dan suster besiap siap dengan memakai celemek, dan posisiku dipersiapkan. Kontraksi ku makin hebat namun aku juga kalut dan histeris karena aku tahu ada yang tidak beres. Akhirnya aku bertanya pada dokter. “Dok sudah tidak ada ya?” “Sudah meninggal ya?” Aku mengatakannya sambil menangis, saat itu sungguh aku ingin dokter mengatakan bahwa semua baik-baik saja. namun dokter justru memegang tanganku dan mengatakan bahwa aku harus sabar menghadapi cobaan ini. Saat itu dunia ku rasanya runtuh.. Aku menjerit dan menangis sekeras-kerasnya. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Kenapa ini terjadi? Ini pasti hanya mimpi buruk saja. Saat itu aku shock dan histeris, rasanya hampir gila, jangankan mengejan, aku tidak mampu untuk melakukan apa-apa. Di satu titik saat itu rasanya aku ingin mati saja..Aku ingin bersama putriku.. Tuhan ampuni aku..

Dokter masih memberiku semangat dan mengatakan bahwa aku masih bisa melahirkan normal, dan untuk punya bayi lagi dengan kelahiran normal tidak harus menunggu setahun. Dengan cesar aku harus sabar menunggu setahun untuk pemulihan sebelum mencoba lagi untuk hamil. Aku setuju untuk mencoba mengejan. Ternyata aku sudah tak bisa, aku tak punya tenaga, aku tak ingin melihat putriku keluar dan dilahirkan dalam keadaan meninggal. Aku tak punya keberanian melihatnya. Aku hanya menjerit dan menangis dan akhirnya kukatakan pada dokter bahwa aku tak sanggup untuk melihatnya meninggal, tolong bius saja aku dan ambil bayi ini… Dokter pun akhirnya setuju.

Seirng kali kusesali keputusan ini.. mengapa aku tak kuat. Why I’m not strong enough? Tapi semua memang sudah digariskan seperti ini dan saat ini aku bersyukur karena aku sehat dan pemulihan operasi berjalan baik.

Aku masih harus menunggu sebelum operasi, mungkin sekitar setengah jam yang rasanya 1000 tahun di neraka. Nyeri yang hebat ditambah shock. Di ruang operasi aku menangis dan menjerit dan berkali kali harus ditenangkan oleh para petugas disana. Aku menanti saat dibius agar sejenak bisa melupakan kesedihan ini. Dalam hati kecilku aku berdoa semoga dokter salah, semoga ada keajaiban dengan operasi anakku bisa diselamatkan. Kemudian aku dibius dan semua menjadi tenang. Aku dibius total. Namun ternyata ketenangan hanya sebentar saja, saat sadar kenyataan kembali menghampiri dan aku kembali histeris, aku didorong keluar dari kamar operasi dan kulihat mamaku dan ayah Gaby berdiri di depan kamar operasi. Mamaku mengatakan putri kami cantik dan sudah dipanggil dengan tenang. Aku sungguh tak percaya, ternyata ini bukan mimpi buruk. Ini kenyataan. Kenyataan yang sungguh pahit dan tak bisa kuterima. Tak akan pernah bisa kuterima..

Yah saat ini semua ujian ini telah kuterima, berkat dukungan dan penghiburan dari keluarga dan teman-teman, pelan-pelan luka hati dan kesedihan ini sudah mulai hilang. Seminggu setelah kejadian itu, aku masih menangis tiap kali mengingat Gaby, setiap hari aku menangis. Puji Tuhan sekarang semua lebih bisa kukontrol.

Aku akhirnya tinggal di RS lebih lama karena menemani Ayah Gaby yang harus dirawat karena DBD. Saat itu keadaanya cukup buruk karena trombositnya drop ke titik terendah yaitu 6000 dan sempat di transfusi trombosit juga. Hari Selasa, 3 hari semenjak Gaby dipanggil Tuhan, lagi lagi imanku diuji. Aku panik luar biasa saat tahu Ayah Gaby pun dalam kondisi yang buruk dan butuh transfusi. Aku sempat berpikir, Ya Tuhan tidak cukupkah Kau panggil anakku, apakah Kau akan ambil Ayahnya juga? Aku benar-benar kalut lagi. Puji Tuhan semua pengobatan lancar dan kini Ayah Gaby sudah sehat lagi. Karena lama menunggui di RS aku banyak browsing via hp untuk mencari informasi tentang apa yang kualami. Ternyata di luar negeri kondisi sepertiku disebut stillbirth, yaitu ketika bayi kita meninggal dalam kandungan pada usia kehamilan diatas 20 minggu atau saat dilahirkan. Ini berbeda dari keguguran/ miscariage yang terjadi pada usia kehamilan dibawah 20 minggu. Ternyata aku tak sendiri, 1 dari 200 kelahiran adalah stillbirth, tapi memang lebih banyak terjadi pada kehamilan beresiko tinggi seperti ibu yang diabetes atau punya darah tinggi. Sedangkan yang sehat-sehat seperti aku digolongkan sebagai stillbirth yang unexplainable dan mencakup 30% dari seluruh kejadian stillbirth. Di luar negeri banyak kelompok support untuk stillbirth, sayang sekali nampaknya di Indonesia belum ada, apalagi di Balikpapan. Sampai saat ini pun belum ada penjelasan yang bisa 100% menerangkan mengapa terjadi stillbirth ini, hanya memang diketahui bahwa air ketubanku sudah kotor (mekonial), walaupun sebenarnya aku tidak telat dalam jadwal melahirkan. Kemungkinan Gaby sudah menelan air ketubannya itu.. Yah semua masih unexplainable dan kadang sulit sekali menerangkan ini pada teman-teman atau kerabat yang menanyakan penyebabnya.

Sekarang aku sudah tenang, aku mulai menata kembali hidupku. Aku bersyukur keluarga dan teman-teman sangat supportif. Teman-teman kantorku, teman-teman gereja, teman-teman dari mana saja yang sungguh dengan tulus mendukung kami, hanya Tuhan yang dapat membalas semua kebaikan kalian. Aku beryukur untuk support mamaku, dan membuatku semakin menyadari akan kasih tulus seorang ibu. Aku bersyukur untuk mertuaku yang sangat mendukung juga, mereka bisa memberikan pencerahan iman padaku, meyakinkanku akan indahnya rencana Tuhan dan pasti pada saatnya Tuhan akan memberikan yang terbaik. Terutama aku bersyukur saat ini untuk suamiku yang selalu mendukung dan saling menguatkan dalam saat duka ini, bahkan saat kutahu dia pun sedang berduka, ia selalu berusaha untuk tetap optimis dan tetap tegar. I love u Anton.

Saat ini, aku yakin Gaby pasti sudah ada di surga, Gaby sudah ada di sisi Tuhan Yesus dan Bunda Maria. Saat ini memang kami masih berduka dan kami belum mampu untuk memahami rencanaNya, namun kuatkan kami ya Tuhan dalam masa ini. Hilangkan semua kekhawatiran kami akan hari depan. Berikan kami iman dan harapan untuk masa depan yang lebih baik lagi. Pasti rencanaMu adalah rencana yang terbaik untuk kami. Engkau menyayangi kami sehingga Engkau menghajar kami, Engkau memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi hidup kami.

Gaby, you will always remain in our deepest heart. Only faith and time will heal our sorrow. It wont be easy, this will be the hardest moment in our life. So, help us God to be stronger.. Amin

No comments:

Post a Comment